BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
SARS
saat ini sudah dinyatakan sebagai wabah
internasional. Penyakit yang mengancam kehidupan seseorang ini pertama kalinya
dilaporkan pada november tahun silam dari tiongkok diprovinsi guangdong,
tepatnya di kabupaten futsan lalu ke Guangzhou, kemudian menyebar kewilyah asia
lainnya- Hong kong, taiwan, singapura, batam, dan diprediksi mulai masuk ke wilayah
jakarta. Hingga saat ini, SARS belum ditemukan asal muasalnya dan bagaimana
pengobatannya. Wabah SARS mengingatkan kita pada tahun 1918 tahun terjadinya wabah
flu spayol yang menyebabkan 40 juta orang meninggal dunia. Pada negara asia
yang terkena wabah tersebut, SARS bukan hanya mengancam.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
1.2.1.
Apa yang dimaksud dengan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.2.
Apa penyebab dari Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) ?
1.2.3.
Apa epidemiologi dari Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.4.
Bagaimana distribusi, patofisiologi, manifestasi, tanda & gejala dari Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.5.
Jenis-jenis klasifikasi dari Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.6.
Bagaimana pemeriksaan fisik dan penunjang Severe
Acute Respiratory
Syndrome (SARS) ?
1.2.7.
Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien
SARS ?
1.3.
TUJUAN
`
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu penyakit,
penyebab, epidemiologi, distribusi,
patofisiologi, manifestasi, tanda dan gejala,
serta penanganannya dari SARS .
1.3.2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam
penaktalaksanaan SARS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN
MEDIS
2.1.1
DEFINISI
Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang
disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat
(Chen &Rumende, 2006).
SARS
adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakitinfeksi pada
jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (Poutanen et al
.,2003).
Menurut
literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksisaluran pernafasan
yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006).
SARS
(severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru- paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan
cairan di paru-paru (edema paru).
(Svoboda.
2006).
2.1.2
ETIOLOGI
WHO
mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah
mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus
berasal dari kata Corona
yang
berasal dari bahasa Latin yang artinya mahkota. Ini sesuai dengan bentuk
Coronavirus itu sendiri yang kalau
dilihat
dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya
lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
yang melukai paru-paru, diantaranya :
a) Pneumonia.
b) Tekanan
darah yang sangat rendah (syok).
c) Terhirupnya
makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung).
d) Beberapa
karena transfusi darah.
e) Kerusakan
paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi.
f) Emboli
paru.
g) Cedera
pada dada.
h) Overdosis
obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
i) Trauma
hebat.
j) Transfusi
darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
2.1.3
EPIDEMIOLOGI
SARS diduga berasal dari
Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Namun pertama kali dikenal pada bulan
Februari 2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi
saluran pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan.Pada bulan Juli 2003 Out break (KLB) terjadi di 6 wilayah yaituKanada, Cina daratan (yang berasal dari
Guangdong kemudian menyebar ke beberapakota
besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.
2.1.4
DISTRIBUSI
2.1.4.1 Distribusi Menurut Orang
Pada
distribusi menurut orang ini, orang yang paling berisiko terkena penyakit SARS adalah petugas kesehatan yaitu dengan persentase sebesar 30%. Hal ini
disebabkan oleh petugas kesehatan merupakan orang yang
merawat pasien yang menderita SARS
sehingga
sangat besar risikonya mereka juga akan terkena SARS sesuai dengan cara
penularan penyakit SARS.
2.1.4.2
Distribusi
Menurut Tempat
Negara
di dunia yang memiliki jumlah kasus SARS terbesar adalah Negara China yaitu sebesar 5327 kasus
dengan jumlah kematian sebesar 349 orang. Hal ini disebabkan karena Negara China
merupakan Negara yang pertama kali terkena penyakit SARS yaitu pada bulan November
2002, namun belum dilaporkan
sehingga orang tidak mengetahuinya dan tidak dapat dicegah. Baru pada bulan
Februari 2003 kasus ini diketahui.
Hal ini mengakibatkan orang yang terkena SARS di China makin banyak. Dari China kemudian
virus SARS ini menyebar ke negara lain seperti melalui kunjungan kedaerah
tersebut.
2.1.2.3
Distribusi
Menurut Waktu
Singapura terdeteksi SARS pertama kali pada
bulan Februari 2003 dan penderitanya bertambah dan mencapai puncak di bulan
Maret. Selain itu, karena banyaknya kunjungan ke Singapura ataupun
warga Singapura yang berlibur ke Negara lain yang banyak kejadian SARS
memungkinkan terjadinya perpindahan virus dari orang tersebut ke orangdi
Singapura.
2.1.5
FAKTOR PREDISPOSISI
a.
Faktor diri (host)
b.
umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital,imunologis, BBLR dan premature.
c.
Faktor lingkungan
d.
Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi,s osial ekonomi, kepadatan tempat tinggal, cuaca
dan polusi udara.
e.
Defisiensi vitamin.
f.
Tingkat sosioekonomi rendah.
g.
Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
h.
Menderita penyakit kronis.
i.
Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
2.1.6
PATOFISIOLOGI
SARS
secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian
atas. Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran
yang
lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase (Chen dan Rumende, 2006),
2.1.6.1 Fase
Pertama
Terjadi
selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage
(DAD) yang eksudatif. Fase ini
dicirikan
dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan
membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma
serta debris nucleus dan
sitoplasma
sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis
sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi
hilang sehingga
cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun
masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan
karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut
terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat
diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag
alveolar.
2.1.6.2 Fase
kedua
Fase
ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai dengan
perubahan pada DAD
eksudatif menjadi DAD
yang terorganisir. Pada
periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis
pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe
2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya
juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant
cell) dalam
rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat
langsung dari COV
SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS
namun disebabkan
karena proses inflamasi
yang berat pada tahap DAD eksudatif.
2.1.7
KLASIFIKASI
Secara
proposional ada 2 kasus SARS, yaitu suspect dan
probable sesuai kriteriaWHO:
2.1.7.1
Suspect
SARS
Adalah
seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi (>380C ), dengan satu atau lebih gangguan
pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas.
Dalam
10
hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah
didiagnosis sebagai penderita SARS, dimana orang yang beresiko tersebut adalah
orang yang merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan
saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS.
2.1.7.2
Probable
SARS
Adalah
kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tanda-tanda
pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran
pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan
tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas
penyebabnya.
2.1.8
TANDA DAN
GEJALA
Secara
spesifik, gejala SARS hampir serupa dengan radang paru – paru namun masa
inkubasi SARS lebih pendek dari pneumonia, yaitu sekitar 2-10 hari.
Ø Demam
> 380C
Ø Sesak nafas
Ø Myalgia
Ø Menggigil
Ø Rasa
kaku ditubuh
Ø Batuk
non produktif
Ø Nyeri
kepala dan pusing
Ø Malaise
Gejala-gejala
tersebut merupakan gejala tipikal yang sering timbul pada penderitaSARS, namun
tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien , pada beberapa kasus demam muncul
dan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 4 hingga ke 7, tapi hal tersebut sama sekali
tidak menunjukkan
adanya perbaikan pada pasien, dan terkadang demam muncul kembali
pada minggu ke 2 (Chen
& Rumende, 2006).
2.1.9
FAAL PARU
Faal Paru normal
Faal Paru yang terkena SARS
Volume tidal =
1L
Volume cadangan inspirasi = 1,57 L
Volume cadangan ekspirasi = 1 L
VC =
3,57
2.1.10
PATHWAY
Tinja, droplet, udara terkontaminasi corona Virus
)
|
kurang informasi
|
REAKSI PERTAHANAN
Batuk, Bersin
|
Kurang
pengetahuan
|
Kontak/invasi saluran pernafasan
|
Masuk saluran pernafasan bawah
|
Aktifkan antibodi
|
masuk
|
Asam laktat
|
Penekanan SSP
|
Penurunan kesadaran
|
Reaksi
inflamasi
|
Kelebihan CO2
|
Metabolism anaerob
|
Asidosis respiratory
|
Inefektifitas bersihan jalan nafas
|
Sekresi mukus
|
Pelepasan mediator kimia
|
Tidak seimbang suplai O2
|
Proses Radang
|
Kerusakan pertukaran gas
|
Penurunan 02 ke jaringan
|
suhu tubuh
|
Metabolism
meningkat
|
Resiko
kekurangan cairan
|
Perubahan
penurun nutrisi dari kebutuhan
|
cemas
|
Predisposisi edema serebral
|
Metabolism anaerob
|
Proses reflikasi cepat
|
keluar
|
Antigen antibody
|
2.1.11
MANIFESTASI UMUM
Meskipun
SARS merupakan virus yang menyerang system pernafasan namun beberapa kasus
ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.
2.1.11.1
Manifestasi
Pernafasan
Penyakit
paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala- gejala utama yang timbul
antara lain :
1. Batuk
kering
2. Sesak
nafas
Pada
tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada umumnya, namun gejala
tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu kedua. Dimana gejala sesak
makin lama akan semakin berat dan mulai membatasi aktifitas fisik pasien.
Sebanyak
20-25% pasien SARS mengalami
progresi buruk kearah acute
respiratory distress
syndrome (ARDS) akibat kerusakan pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi
surfaktan.
Gejala lain yang
mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumomedistinum,yang diakibatkan karena
udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12%
terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah pengunaan ventilator di ICU (Chen
& Rumende, 2006).
Penyebab
kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat,kegagalan
multiorgan, infeksi sekunder, septicemia, serta komplikasi tromboembolik.
2.1.11.2
Manifestasi
Pencernaan
Gejala
yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi penularan
virus SARS melalui oral.
Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini didapati sebanyak 20%
pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertama dan 70% dari jumlah
tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya.
Diare yang
ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen
&Rumende, 2006).
Pada
beberapa kasus yang tidak disertai pneumonia, gejala diare ini adalah
satu-satunya gejala yang tampak, namun pada beberapa kasus lain
dengan pneumonia, diare mulai tampak pada mingu kedua sakit bersamaan
dengan timbulnya
demam dan perburukan pada paru.
2.1.11.3 Manifestasi Lain
1)
Sebanyak 25% pasien SARS mengalami peningkatan SGPT
pada kedatangan pertama. Belum bisa dipastikan penyebab peningkatan SGPT namun
diduga peningkatan SGPT ini disebabkan
karena respon tubuh terhadapa infeksi CoV SARS pada tubuh manusia, dan bukan
karena infeksi spesisfik CoV pada hepar.
2)
Beberapa kasus dilaporkan gejala epilepsy dan
disorientasi pada pasien SARS. Meskipun demikian tetap harus diwaspadai
terhadap kemungkinan manifestasi SARS pada system saraf mengingat adanya
laporan kasus yang menunujukkan adanya status epileptikus pada pasien dengan
disertai penemuan CoV SARS pada CSS dengan kadar yang cukup signifikan.
Menurut ( Chen dan Rumende 2006),
3)
CoV SARS ini juga dapat mengakibatkan
demyelinisasi pada saraf otak. Penyakit demielinisasi
merupakan sekelompok gangguan neurologis yang melibatkan destruksi fokal
atau bebercak selubung mielin susunan
saraf pusat disertai respons peradangan.
Penyakit degeneratif sering bersifat herediter, dan ditandai dengan kematian neuron
yang gradual dan progresif tanpa sebab yang jelas.
2.1.12 PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
1.
PADA PEMERIKSAAN FISIK :
a)
INSPEKSI,
Frekuensi dan kedalam nafas, kesimetrisan ekspansi dada, menggunakan otot –
otot tambahan atau tidak, ada nya batuk atau tidak, diameter dada anteros
posterior.
b)
PALPASI,
Adanya fremitus, kuku penderita
tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
c)
PERKUSI
Perkusi lapang paru
d)
AUSKULTASI
Dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing), Tekanan darah seringkali rendah.
2. PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS :
Ø air
bronchogram :
Ø Rontgen dada
(menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yangseharusnya terisi udara)
3. PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Ø Gas darah
arteri untuk hitung jenis darah dan kimia darah.
Ø Pemeriksaan
Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsye.
Ø Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8
jamdan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
2.1.13 PENATALAKSANAAN KASUS
SUSPECT SARS
1.
Kasus dengan gejala SARS melewati
triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan
pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
2.
Berikan masker bedah pada penderita.
3.
Petugas yang masuk keruang
pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi perorangan ( PAPP ).
4.
Catat dan dapatkan keterangan rinci
mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan,riwayat kontak termasuk riwayat
munculnya gangguan pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya.
5.
Pemeriksaan fisik .
6.
Lakukan pemeriksaan foto toraks dan
darah tepi lengkap.
7.
Bila foto toraks normal lihat
indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, kurangi aktifitas, dan anjurkan menghindari
menggunakan angkutan
umum selama belu
8.
Pengobatan di rumah diberikan antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan bergizi.
9.
Anjurkan pada
pasien apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter, atau rumah sakit.
10. Bila foto
toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan atau tanpa infiltrat interstial
lihat penatalaksanaankasus probable Suspek SARS
yang dirawat, seperti :
11. Isolasi
12. Perhatikan :
a.
Keadaan umum
b.
Kesadaran
c.
Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi
napas, suhu)
13. Terapi
suportif
14.
Antibiotik : b laktam atau b laktam + Anti b laktamase
oral ditambah makrolidgenerasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin,
azitromisin).
2.1.14 PENATALAKSANAAN KASUS PROBABLE SARS
1. Rawat di
Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.
2. Pegambilan
darah untuk: darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin fosfokinase,
urea,elektrolit, C reaktif protein.
3. Pengambilan
sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia tipikal/atipikal lainnya;
a.
pemeriksaan
usap hidung dan tenggorokan,
b.
biakan
darah, serologi
c.
urine
4.
Pemantauan darah 2 hari sekali
5.
Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6.
Pemberian
pengobatan
a.
Ringan
atau sedang
Antibiotik Golongan b laktam +
anti b laktamase (intravena) ditambah makrolidgenerasi baru oral atau
Sefalosporin G2, G3 (intravena),ditambah makrolid generasi baru oral atau
Fluorokuinolon respirasi (intravena): Moxifloxacin, Levofloxacin,Gatifloxacin
b.
Berat
pasien
yang tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas, diberikan sefalosporin G3 non
pseudomonas (intravena) ditambah makrolid
generasi baru oral atau fluorokuinolon respirasi (intravena).
Antibiotic
untuk pasien dengan faktor resiko infeksi pseudomonas, diberikan, sefalosporin
anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,sefipim)
/ karbapenem (intravena) ditambah luorokuinolon anti pseudomonas
(siprofloksasin, levofloksasin) intravena / aminoglikosida intravena
ditambah,makrolid generasi baru oral
Kortikosteroid
Hidrokortison ( intravena ) 4 mg/kg BB tiap 8 jam, tapering atau metilprednisolon (intravena) 240 ± 320 mg tiap
hari
Ribavirin
1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg
BB intravena tiap 8.
2.1.15 INDIKASI RAWAT
1. enderita
SARS yang di rawat inap adalah :
2. Suspect SARS dengan riwayat kontak
erat (+)
3. Suspect SARS dengan gejala klinis
berat, yaitu:
·
Sesak nafas dengan frekuensi
nafas 30 kali/menit.
·
Nadi lebih 100 kali/menit.
·
Ada gangguan kesadaran
·
Kondisi umum lemah
4.
Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang
memeriksa penderita
a. 2.1.15. Probable SARS perlu
diperhatikan dalam perawatan di rumah sakit
1.
terhadap SARS adalah:
5.
Ruang perawatan penderita suspect SARS harus
dibedakan dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan merawat
penderita SARS, petugas medis harus memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP).
a.
2.1.15.5 Isolasi Diri/Home Isolation
·
Penderita
suspect SARS dengan gejala klinis ringan
tidak dirawat inap di rumah sakit, akan tetapi dirawat dirumah (homeisolation).
Tindakan yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi dirumah adalah
:
6. Penderita harus dirumah sampai demam
hilang dan selalu menggunakan masker sampai 14 hari sesudah dua hari bebas
panas.
7. Alat makan dan minumnya dipisahkan
dari alat makan dan minum anggauta keluargayang
lain.
8. Penderita harus diukur suhu tubuhnya
setiap 8 jam sekali. Bila dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu
tubuh mencapai 38oC, maka penderita harus segeradikirim ke rumah
sakit.
9. Minum obat
yang diberikan sesuai petunjuk
10. Anggota keluarga yang merawat
penderita dan tinggal serumah , harus memakaimasker.
11. Anggota keluarga yang merawat
penderita harus mencuci tangan setelah merawat penderita.
12. Apabila ada anggota keluarga lain
yang menderita demam selama penderita masihsakit sampai dengan 10 hari setelah
penderita dinyatakan sembuh maka harus segeramemeriksakan diri ke rumah sakit
dan selalu menggunakan masker.
2.1.16
INDIKASI KELUAR DARI RUMAH SAKIT.
a.
Tidak panas selama 48 jam
b.
Tidak batuk
c.
Leukosit kembali normal
d.
Trombosit kembali normal
e.
CPK kembali normal
f.
Uji fungsi hati kembali normal
g.
Sodium plasma kembali normal
h.
Perbaikan X-foto torak
2.1.17
NASIHAT PADA
PASIEN PENDERITA SARS YANG TELAH KELUAR DARI RUMAH SAKIT
a.
Setelah kembali dirumah dinasehatkan tetap harus Home
Isolation
b.
7 hari setelah pulang ke rumah penderita diharuskan
kontrol ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks
dan uji lain yang abnormal.
c.
Minimum 14 hari setelah pulang,
pasien baru diperbolehkan masuk kerja atau sekolah.
d.
Istirahat
dirumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar, usahakan seminimal mungkin kontak dengan orang.
e.
Pantau dan catat suhu tubuh 2x/hari, jika suhu
tubuh 380C atau lebih atau ada gejala saluran napas maka segera control.
f.
Kontrol kembali
ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang; foto toraks, hitung darah lengkap
dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat abnormal.
g.
Pemeriksaan serologi diulang 3 minggu setelah sakit.
h.
Dokter yang menentukan apakah pasien sudah tidak perlu
isolasi
2.1.18
PENCEGAHAN
Pencegahan dari
SARS diantaranya ada 19 , sebagai berikut , (Hembing wijayakusuma 2003).
1. Mengurangi kontak dengan penderita.
2. Hindari berkunjung ke Negara yang
terkena SARS, misalnya Hong Kong, Singapura ,Tiongkok, Vietnam, Kanada.\
3. indari tempat yang ramai dan padat,
tanpa ventilasi yang cukup.
4. Hindari ke rumah sakit bila tidak
perlu, karena sebagaian infeksi terjadi dirumah
5. Hindari tempat yang ramai dan padat
tanpa ventilasi yan g cukup.
6. Hindari ke rumah sakit jika tidak
perlu, karena sebagian infeksi terjadi di rumah sakit.
7. Hindari penderita dengan gejala radang paru
(pneumonia) dan jaga jarak dengan orang yang bersin dan batuk.
8. Gunakan masker bila memderita batuk
atau pilek agar tidak menular ke orang lain. Penggunaan
penutup muka atau face mask untuk melindungi penularan melaluisaluran
pernapasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah N / R /P95 / 99 / 100
atau FFP 2 /3 / 99 / 100atau FFP 2 / 3 atau jenis yang sama sesuai dengan
standar nasional negara yang bersangkutan.
9. Cuci tangn sesering mungkin, lebih
baik dengan alcohol 70% karena virus SARS sensitive terhadap alcohol.
10. Hindari menyentuh mulut, mata, atau
hidung dengan tangan yang kotor.
11. Bila bersin atau batuk hendaknya
menutup hidung dan mulut dengan tissue dan buang tissue ke tempat sampah.
12. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan
individu
13. Menjaga pertahanan tubuh
14. Jaga stamina tubuh
15. Konsumsi makanan bergizi dan
seimbang.
16. Sedapat mungkin kurangi makanan
luar.
17. Banyak tidur dan istirahat yang
cukup
18. Mensuplai vitamin
19. Olahraga secara teratur
2.2
TINJAUAN KEPERWATAN
2.2.1
PENGKAJIAN
2.2.1.1
Biodata
Di dalam biodata terdapat nama pasien, jenis
kelamin, alamat, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian,
tanggal MRS, diagnose medis, diagnose keperawatan.
2.2.1.2
Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien yang
berhubungan dengan penyakitnya.
2.2.1.3
Riwayat Kesehatan
1)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam
pengkajian riwayat kesehatan dahulu akan membantu perawat menegakkan diagnosis
keperawatan dan dokter untuk menegakkan diagnosi medikny. karena dengan
mengkaji kesehatan dahulu akan mengetahui tanda dan gejala yang dirasakan
pasien yang berhubungan dengan SARS.
2)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Dengan
mengetahui riwayat kesehatan sekarang akan menggambarkan kondisi pasien yang
sekarang dan jalannya penyakit pasien yang sekarang.
3)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam pengkajian riwayat kesehatan keluarga perawat
akan bis mengetahui, jika ada pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan, dan tidakan yang dilakukan dalam
kelurga pasien penderita SARS.
2.2.1.4
Pemeriksaan Fisik
1)
Inspeksi
:
a)
Apakah
Pasien tampak sesak .
b)
Perhatikan
batuk Pasien, tampak batuk tidak produktif atau produktif.
c)
Ada
Petekie atau tidak.
d)
Adanya
Ekimosis pada pasien atau tidak.
e)
Adanya
sianosis pada jari dan mulut klien apa tidak.
f)
Adanya
penggunaan otot-otot bantu pernapasan pada pasien atau tidak.
2)
Palpasi
:
a)
Kaji
Denyut nadi, ada peningkatan atau tidak.
b)
CRT > 2 detik .
c)
Kaji
turgor kulit pasien, menurun atau tidak.
d)
Kaji
suhu tubuh pasien, ada peningkatan suhu atau demam apa tidak.
e)
Akral
dingin
3)
Perkusi
:
a)
Terdengar
suara timpani pada abdomen apa tidak.
b)
Terdengar
suara dullness pada perkusi paru apa tidak.
4)
Auskutasi
a)
Terdengar
suara ronchi di basal paru apa tidak.
b)
Adanya peningkatan bising usus apa tidak.
2.2.1.5
TTV
2.2.1.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
NO.
|
PEMERIKSAAN
|
HASIL YANG DITEMUKAN
|
KLINIS
|
1
|
Foto
Thoraks
|
Infiltrat
di paru
|
Pneumonia
|
2
|
CT-Scan
Thoraks
|
Konsolidasi
ruang udara yang fokal maupun multifocal
|
Bronchiolitis
obliterans organizing pneumonia(BOOP)
|
3
|
Enzim
SGPT
|
Meningkat
|
Belum
diketahui
|
NO.
|
PEMERIKSAAN
|
SPECIMEN
|
WAKTU PEMERIKSAAN
|
KETERANGAN
|
1.
|
RT-PCR
|
Dahak,
feses, darah perifer
|
Minggu
kedua sakit
|
Sensitivitas
tinggi bila dilakukan pada minggu ke dua
|
2.
|
Deteksi
Antigen Virus
|
Serum
|
6-10
hari sakit
|
Sensitivitas
buruk bila dilakukan diawal penyakit
|
3.
|
Kultur
Virus
|
Dahak,
darah, feses, pada media VeroE6 ata FRhK-4
|
Awal
penyakit
|
Sensitivitas
semakin menurun seiring engan perjalanan penyakit
|
4.
|
Deteksi
Antibody CoV SARS ( dengan teknik ELISA atau IFA)
|
Darah
vena
|
Awal
minggu kedua
|
GOLD
STANDARD
|
5.
|
Tes
DNA sequencing
|
Darah
|
8
jam setelah infeksi
|
Sensitivitas
tinggi
|
2.2.2
DIAGNOSA
1)
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih
ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas
tambahan, perubahan frekuensi napas
2)
Ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan pasien
gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, bingung, khawatir .
3)
Hipertermi
berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba panas,
kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5o± 37,5oC), takikardi.
4)
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine
berkurang,kulit kering, nadi meningkat.
5)
Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan
bising usus hiperaktif ( > 3x / menit), nyeri abdomen, peningkatan
frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/ hari ataulebih).
6)
Resiko
ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan(dehidrasi)
7)
Perfusi
jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
jaringan ditandai dengan nadi lemah, N= 55x/menit,
terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik.
8)
Perfusi
jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan emboli (asam laktat) pada
pembuluh darah otak ditandai dengan kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala,
gelisah, kelemahan.
9)
Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada
rongga dada) ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, skala nyeri 3 (skala
0-10), tampak meringis.
10)
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
CO2 ditandai dengan pasien
mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi secara
signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama
beraktivitas.
11)
Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dispnea, RR 24x/
menit, terjadi retraksi dinding dada.
12)
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ditandai dengan
takikardia, perubahan EKG.
13)
Risiko
penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.
14)
Defisit
perawatan kebersihan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai ketidakmampuan dalam
mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh, membasuh tubuh.
15)
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (edema paru )
ditandai perubahan tekanan arteri
pulmonal, perubahan pada pola pernapasan
16)
Risiko
perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia).
17)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorbsi
nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan 20% di bawah berat ideal,
diare.
18)
PK:
Infeksi
2.2. 2.1 Diagnosis
Prioritas SARS
1)
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebihditandai
dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napastambahan,
perubahan frekuensi napas.
2)
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan
dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia,
terjadi PCH.
3)
PK:
Infeksi.
4)
Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan
bising usus hiperaktif ( > 3x / menit), nyeri abdomen, peningkatan
frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih).
5)
Risiko
penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.
2.2.3
INTERVENSI
Diagnosis 1 : Bersihan
jalan nafas tidak efektif
Tujuan :Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama ..x24 jam
diharapkan
bersihan jalan napas klien efektif
dengan
kriteria hasil :
a)
Pasien
mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
b) Bunyi
napas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
c)
RR dalam batas normal (16-20 x/ menit)
Intervensi mandiri :
a. Kaji
fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan napas dan kedalaman)
Rasional
: ronchi menunjukkan akumulasi sekret atau ketidak mampuan membersihkan jalan
napas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernapasan.
b. Catat
kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif (catat karakter dan jumlah
sputum)
Rasional: pengeluaran sulit bila sekret sangat
tebal.
c. Berikan
posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.
Rasional:
posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan .
latihan napas dalam meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan.
d. Bersihkan
sekret dari mulut dan trakean (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional:
mencegah aspirasi atau obstuksi, penghisapan dilakukan jika pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
e. Lembabkan
udara atau oksigen inspitrasi
Rasional: mencegah pengeringan mukosa dan membantu
pengenceran sekret
f. Beri
obat-obatan sesuai indikasi
Mukolitik (asetil
sistein)
Brokodilator
(okstrifilin)
Kortikosteroid (
prednison )
Rasional:
Mukolitik
menurunkan kekentalan secret / sputum sehingga mudah untuk dikeluarkan.
Bronkodilator
meningkatkan ukuran lumen percabangan traeobonkial sehingga menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.
Kortikosteroid
berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.
Diagnose 2 :Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane alveolar-kapiler ( kerusakan di alveoli ) ditandai
dengan sianosis, dispnea , hipoksia, terjadi pernafasan cuping hidung.
Tujuan :Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan masalah kerusakan
pertukaran gas pasien teratasi , dengan
Kriteria hasil
a)
Tidak terdapat sianosis
b) Tidak
terdapat pernafasan cuping hidung
c) Pasien
tidak mengalami dipsnea
d)
Pasien tidak mengalami hipoksia
Intervensi
a)
Kaji frekuensi kedalam pernafasan, catat
penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara / berbincang.
Rasional
: berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau kronisnya
proses penyakit.
b) Tinggikan
atas tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
Rasional:
dengan posisi syok ini diharapkan menurunkan kolaps jalan napas, dipsnea, dan
kerja napas.
c) Kaji/awasi
secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Rasional
: sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku ) atau sentral ( terlihat sekitar
bibir atau daun telinga ). Keabu – abuan dan diagnosis sentral mengindiksi
beratnya hipoksemia.
d) Pertahankan
istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.
Rasional:
mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan / konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
e) Dorong
mengeluarkan sputum,penghisapan bila ndikasikan.
Rasional:
kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran
gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
f) Palpasi
fremitus.
Rasional:
penurunan getaran vibrasi diduga ada penggumpalan cairan atau udara terjebak.
g) Awasi
tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional:
gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk
disertai bingung / somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan
dengan hipoksemia.
h) Evaluasi
tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selam fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatan sesuai
toleransi individu.
Rasional:
selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan sktivitas sehari-hari arena hipoksemia dan diapnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
Diagnosis 3
: PK Infeksi
Tujuan :Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama…x24 jam diharapkan perawat dapat
meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan
Kriteria hasil :
a) Tanda-tanda
sepsis tidak ada
b)
WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml
darah)
Intervensi
a) Pantau
tanda dan gejala infeksi.
Rasional
: mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk intervensi
selanjutnya.
b) Ajari
tentang cara pencegahan penularan infeksi.
Rasional:
dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat meminimalkan komplikasi
infeksi.
c) Monitor
pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.
Rasional:
Dengan memonitor pemberian antibiotic dapat mencebah komplikasi lebih lanjut
d) Lakukan
teknik steril.
Rasional:
dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi silang.
e) Lakukan
penkes tentang pencegahan dan penularan.
Rasional:
dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat pengetahuan dasar
bagaiman cara memproteksi diri.
f) Kolaberasi
pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Rasional
: mencegah infeksi lanjut.
g) Kolaberasi
pemberian anti inflamasi sesuai indikasi.
Rasional : mencegah inflamasi lebih lanjut.
Diagnosis 4 : Diare berhubungan dengan inflamasi
ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit ), nyeri abdomen,
peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih )
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama… x 24 jam diharapkan diare pasien diatasi dengan
Kriteria hasil :
a) Bising
usus 3 x menit.
b) Tidak
terdapat nyeri abdomen
c)
Frekuensi BAB normal ( 1-2 x/hari )
Intervensi
a) Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.
Rasional
penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan
urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian caian segera untuk
memperbaiki deficit .
b) Anjurkan
keluarga untuk member minuman banyak pada pasien , 2 – 3 lt / hari . Rasional
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
c) Diskusikan
dan jelaskan rentang pembatasan diet ( makanan berserat tinggi, berlemak, dan
air terlalu panas atau terlalu dingin ).
Rasional
: serat tinggi, lemak, air terlalu panas atau dingin dapat merangsang,
mengiritasi lambung dan saluran usus.
d) Demontrasikan
serta libatkan keluarga dalam merawat perianal ( bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya ).
Rasional
mencegah terjadinya iritasi kulit yang tidak diharapkan oleh karena kelembapan
dan keasaman feses.
e) Berikan
cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.
Rasional
mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
f) Obat
– obatan ( antisekresin, anti spasmolitik, anti biotic ).
Rasional
anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang.
Diagnosis 5 : resiko penularan infeksi berhubungan
dengan pemajanan, penularan melalui udara dan kontak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama … x 24 jam diharapkan penularan infeksi tidak, terjadi
Kriteria hasil :
a) Pasien
dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan di RS.
b) Pasien
mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerja sama selama perawatan.
c)
Pasien mengungkapkan perlunya di isolasi
sampai tidak menularkan infeksi.
Intervensi
a) Identifikasi
penjamu yang rentan berdasar focus penkajian tentang faktor resiko dan riwayat
pemajanan.
Rasional :mengetahui apakah termasuk kasus probable
atau suspect. Menentukan tindakan intervensi selanjutnya.
b) Identifikasi
cara penularan berdasarkan agen penginfeksi .
Rasionl
:mengetahui apakah penularan airbon,
kontak, maupun droplet sehingga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang
tepat.
c) Lakukan
tindakan kewaspadaan isolasi yang sesuai.
Rasional : kewaspadaan isolasi ditentukan dan
difokuskan oleh cara penularan baik dengan airbone, kontak , maupun droplet.
d) Amankan
ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik higenis dari
orang yang terinfeksi.
Rasional :meminimalis kemungkinan penularan infeksi
pada petugas kesehatan, pengunjung dan lingkungan.
e) Ikuti
tindakan universal precaution.
Rasional : sebagai protocol dasar dalam mencegah
penularan infeksi baik dari praktisi ke pasien, maupun dari pasien ke
lingkunagn.
f) Pelacakan
terhadap kontak person yang disebut
kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan
atau mereka yang kontak dengan secret saluran nafas, cairan tubuh atau tinja
penderita suspect atau probable SARS.
Rasional
:pelacakan kontak harus dilakukan
secara sistematis . Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus
disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut bebetapa harikah sebelum
timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan
penderita suspect atau probable SARS.
g) Ajarkan
pasien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di rumah sakit
dan di rumah.
Rasional :Meningkatkan pengetahuan pasien dan
kewaspadaan pasien dalam usaha bersama untuk mencegah penularan infeksi meluas.
h) Ajarkan
dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung dan praktisi
kesehatan selama terjadi kontak di sekitar lingkungan pasien.
Rasional
: sebagai tindakan pencegahan dasar
BAB 3
PEMBAHASAN
Di Indonesia
sampai dengan tanggal 11 April 2003 telah diketemukan 1 kasus probable SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Penyakit Pernafasan Gawat Mendadak,
setelah sehari sebelumnya diumumkan 1 orang dilaporkan sebagai suspect case.
Dengan demikian perkembangan kasus SARS di Indonesia sampai dengan 11 April
2003 adalah 1 orang suspect dan 1 orang probable.
Probable case tersebut adalah warga negara
Inggris keturunan China yang datang dari Hongkong dan Singapura sebelum ke
Indonesia. Sedangkan profesinya adalah seorang businessman. Dirawat di RS
Penyakit Sulianti Saroso sejak 9 April 2003.
Demikian
Dr. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan (PPM dan PL) Depkes pada Jumpa Pers usai rapat Koordinasi
Penanggulangan SARS yang dipimpin Dirjen PPM dan PL Prof. Dr. Umar Fahmi
Achmadi di Depkes tanggal 11 April 2003. Dr. Sjafii menambahkan sampai saat ini
pasien "Observasi SARS" yang dirawat di rumah sakit dari berbagai
daerah berjumlah 10 orang. Mereka dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianto
Saroso 6 orang, RSU Banyumas 1 orang, RSU Dr. Muwardi Solo 1 orang, RSU Dumai 1
orang dan RSU Mataram 1 orang.
Menurut
pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilaporkan adalah kasus probable,
sehingga dengan demikian Indonesia akan melaporkan kasus probable ini ke WHO.
Dr. Sjafii minta kepada para wartawan untuk tidak membesar-besarkan kasus ini
agar masyarakat tidak panik. Ditambahkan, 90% kasus SARS dapat disembuhkan dan
hanya 3,8 % yang mengakibatkan kematian.
Setelah
diketemukannya 1 kasus probable di Indonesia, maka upaya yang dilakukan Depkes
tidak hanya sampai penemuan kasus dan melaporkan ke WHO saja, namun akan
diikuti dengan kegiatan-kegiatan lain agar tidak terjadi penularan secara
horizontal kepada masyarakat (community transmission). Sementara itu Prof.
Hadiarto Mangunnegoro, Ketua Tim Pakar Penganggulangan SARS menambahkan, dari
literatur yang dipelajari dari Hongkong terdapat 50 kasus yang digolongkan ke
dalam probable complicated dan probable uncomplicated. Yang dimaksud probable
complicated misalnya usianya 60 tahun keatas, ada diabetes, stroke dan asma.
Umumnya yang meninggal adalah yang probable complicated. Sedangkan suspect di
Banyumas umurnya 27 tahun tidak ada tanda-tanda penyakit lain jadi tergolong
uncomplicated dan kondisinya memang membaik.
Dr.
Tjandra Yoga Adhitama, Sp.P, Ketua Tim Verifikasi menyatakan kondisi suspect
case maupun probale case bisa setiap waktu statusnya berubah-ubah. Bisa menjadi
lebih baik atau sebaliknya. Untuk kedua kasus di Indonesia ini kondisi
kesehatannya semakin baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Berita ini
disiarkan oleh Bagian Humas Biro Umum dan Humas Setjen Depkes RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi telp./fax. 5223002.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang
disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat
(Chen &Rumende, 2006).
SARS
ini pertama kali terjadi di Guandong, Cina pada tahun 2002, dan enyebar ke
berbagai negaradi sekitarnya, dan menyebabkan kasus mortalitas yang tinggi.
WHO
mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah
mayoritas agen penyebab SARS.
Penyebabnya
lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
yang melukai paru-paru.
Tanda
dan gejala dari penyakit SARS ini meliputi Demam
> 380C, sesak nafas, myalgia, menggigil, rasa
kaku ditubuh, batuk
non produktif, nyeri
kepala dan pusing, malaise.
Manifestasi
dari SARS ini bermacam – macam, meliputi manifestasi pencernaan, manifestasi
pernafasan, maupun manifestasi yang tidak berhubungan dengan pernafasan,
seperti peningkatan SGPT & SGOT.
SARS
dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu suspect SARS dan probable SARS, yang
keduanya memiliki penanganan yang berbeda.
Pengakajian
meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
4.2 SARAN
Diharapkan
kepada seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada dalam menangani pasien atau
klien yang terkena penyakitSARS.
Karena SARS dapat menular melalui kontak langsung, terutama kepadatenaga
kesehatan mempunyai risiko paling tinggi untuk tertular SARS.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2003. Pedoman
Surveilans Epidemiologi penyakit SARS.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume3, EGC, Jakarta
Capernito, Linda juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta.
EGC
Ceri Andriana, Khairun Nisak Sari, Bunga pasande,
Endang Wahyuni,Askep SARS (2010)
Chen K ,Rumende CM. 2006. Buku ajar ilmu penyakit Dalam . FK UI
: Jakarta
T .Heather Herdman. 2010. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.Jakarta : EGC,
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3. Jakarta : EGC
Wijayakusuma Hembing. 2003 . Proteksi Dini Terhadap SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome ), edisi
1. Jakarta : Pustaka Populer Obor
http://digilib.litbang.depkes.go.id
(diakses : 20 oktober 2012)
http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-sars
,(diAkses : 20 oktober 2012 )
ijin copas gan....buat tugas
BalasHapus