Jumat, 20 September 2013

SARS



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.            LATAR BELAKANG

SARS saat ini sudah  dinyatakan sebagai wabah internasional. Penyakit yang mengancam kehidupan seseorang ini pertama kalinya dilaporkan pada november tahun silam dari tiongkok diprovinsi guangdong, tepatnya di kabupaten futsan lalu ke Guangzhou, kemudian menyebar kewilyah asia lainnya- Hong kong, taiwan, singapura, batam, dan diprediksi mulai masuk ke wilayah jakarta. Hingga saat ini, SARS belum ditemukan asal muasalnya dan bagaimana pengobatannya. Wabah SARS mengingatkan kita pada tahun 1918 tahun terjadinya wabah flu spayol yang menyebabkan 40 juta orang meninggal dunia. Pada negara asia yang terkena wabah tersebut, SARS bukan hanya mengancam.

1.2.            RUMUSAN MASALAH
1.2.1.       Apa yang dimaksud dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.2.       Apa penyebab dari Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.3.       Apa epidemiologi dari Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.4.       Bagaimana distribusi, patofisiologi,  manifestasi,  tanda & gejala dari Severe
Acute  Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.5.       Jenis-jenis klasifikasi dari Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ?
1.2.6.       Bagaimana pemeriksaan fisik dan penunjang Severe Acute Respiratory  
            Syndrome (SARS) ?
1.2.7.       Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien SARS ?

1.3.            TUJUAN
`
1.3.1.       Untuk mengetahui apa itu penyakit, penyebab, epidemiologi, distribusi,
 patofisiologi, manifestasi, tanda dan gejala, serta  penanganannya dari SARS .
1.3.2.       Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam penaktalaksanaan SARS.









BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 TINJAUAN MEDIS


2.1.1                    DEFINISI

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen &Rumende, 2006).
SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakitinfeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (Poutanen et al .,2003).
Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksisaluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006).
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru- paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). (Svoboda. 2006).

2.1.2        ETIOLOGI

WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata Corona yang berasal dari bahasa Latin yang artinya mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a)   Pneumonia.
b)   Tekanan darah yang sangat rendah (syok).
c)   Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung).
d)   Beberapa karena transfusi darah.
e)   Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi.
f)   Emboli paru.
g)   Cedera pada dada.
h)   Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
i)    Trauma hebat.
j)    Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

2.1.3        EPIDEMIOLOGI

SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang  manusia sekitar bulan November 2002. Namun pertama kali dikenal pada bulan Februari 2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan.Pada bulan Juli 2003 Out break  (KLB) terjadi di 6 wilayah yaituKanada, Cina daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapakota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.

2.1.4                     DISTRIBUSI

2.1.4.1  Distribusi  Menurut Orang

Pada distribusi menurut orang ini, orang yang paling berisiko terkena penyakit SARS adalah petugas kesehatan yaitu dengan persentase sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh petugas kesehatan merupakan orang yang merawat pasien yang menderita SARS sehingga sangat besar risikonya mereka juga akan terkena SARS sesuai dengan cara penularan penyakit SARS.

2.1.4.2  Distribusi Menurut Tempat

Negara di dunia yang memiliki jumlah kasus SARS terbesar adalah Negara China yaitu sebesar 5327 kasus dengan jumlah kematian sebesar 349 orang. Hal ini disebabkan karena Negara China merupakan Negara yang pertama kali terkena penyakit SARS yaitu pada bulan  November 2002, namun belum dilaporkan sehingga orang tidak mengetahuinya dan tidak dapat dicegah. Baru pada bulan Februari 2003 kasus ini diketahui. Hal ini mengakibatkan orang yang terkena SARS di China makin banyak. Dari China kemudian virus SARS ini menyebar ke negara lain seperti melalui kunjungan kedaerah tersebut.




2.1.2.3  Distribusi Menurut Waktu

 Singapura terdeteksi SARS pertama kali pada bulan Februari 2003 dan penderitanya bertambah dan mencapai puncak di bulan Maret. Selain itu, karena banyaknya kunjungan ke Singapura ataupun warga Singapura yang berlibur ke Negara lain yang banyak kejadian SARS memungkinkan terjadinya perpindahan virus dari orang tersebut ke orangdi Singapura.


2.1.5        FAKTOR PREDISPOSISI

a.      Faktor diri (host)        
b.      umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital,imunologis, BBLR dan  premature.
c.       Faktor lingkungan      
d.      Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi,s osial ekonomi, kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
e.       Defisiensi vitamin.
f.       Tingkat sosioekonomi rendah.
g.      Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
h.      Menderita penyakit kronis.
i.        Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.


2.1.6        PATOFISIOLOGI

SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Patogenesis  SARS terdiri dari 2 macam fase (Chen dan Rumende, 2006),

2.1.6.1 Fase Pertama

Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin.
            Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar.

2.1.6.2 Fase kedua

Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari COV SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.


2.1.7        KLASIFIKASI

Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai kriteriaWHO:

2.1.7.1  Suspect SARS

Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi (>380C ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas.
Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dimana orang yang beresiko tersebut adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS.

2.1.7.2  Probable SARS

Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas penyebabnya.

2.1.8        TANDA DAN GEJALA

Secara spesifik, gejala SARS hampir serupa dengan radang paru – paru namun masa inkubasi SARS lebih pendek dari pneumonia, yaitu sekitar 2-10 hari.
Ø  Demam > 380C
Ø  Sesak nafas
Ø  Myalgia
Ø  Menggigil
Ø  Rasa kaku ditubuh
Ø  Batuk non produktif
Ø  Nyeri kepala dan pusing
Ø  Malaise
Gejala-gejala tersebut merupakan gejala tipikal yang sering timbul pada penderitaSARS,  namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien , pada beberapa kasus demam  muncul dan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 4 hingga ke 7, tapi hal tersebut sama sekali tidak menunjukkan adanya perbaikan pada pasien, dan terkadang demam muncul kembali pada minggu ke 2 (Chen & Rumende, 2006).

2.1.9        FAAL PARU
Faal Paru normal
Faal Paru yang terkena SARS
Volume tidal                                 = 1L
Volume cadangan inspirasi           = 1,57 L
Volume cadangan ekspirasi          = 1 L
VC                                                            = 3,57
2.1.10    PATHWAY

Tinja, droplet, udara terkontaminasi  corona Virus )
kurang informasi
REAKSI PERTAHANAN
Batuk, Bersin
 


Kurang pengetahuan
Kontak/invasi saluran pernafasan
Masuk saluran pernafasan bawah
Aktifkan antibodi
masuk
Asam laktat
Penekanan SSP
Penurunan kesadaran
Reaksi inflamasi
Kelebihan CO2
Metabolism anaerob
Asidosis respiratory
Inefektifitas bersihan jalan nafas
Sekresi mukus
Pelepasan mediator kimia
Tidak seimbang suplai O2
Proses Radang
Kerusakan pertukaran gas
Penurunan 02 ke jaringan
  suhu tubuh
Metabolism meningkat
Resiko kekurangan cairan
Perubahan penurun nutrisi dari kebutuhan
cemas
Predisposisi edema serebral
Metabolism anaerob
Proses reflikasi cepat
keluar
Antigen antibody








































2.1.11     MANIFESTASI UMUM

Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang system pernafasan namun beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.        

2.1.11.1    Manifestasi Pernafasan

Penyakit paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala- gejala utama yang timbul antara lain :
1.      Batuk kering
2.      Sesak nafas
Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai membatasi aktifitas fisik pasien.
Sebanyak 20-25% pasien  SARS mengalami progresi buruk kearah acute respiratory distress syndrome (ARDS) akibat kerusakan pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi surfaktan.
 Gejala lain yang mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumomedistinum,yang diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah pengunaan ventilator di ICU (Chen & Rumende, 2006).
Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat,kegagalan multiorgan, infeksi sekunder, septicemia, serta komplikasi tromboembolik.

2.1.11.2    Manifestasi Pencernaan

Gejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi penularan virus SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini didapati sebanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertama dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya.
Diare yang ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen &Rumende, 2006).
Pada beberapa kasus yang tidak disertai pneumonia, gejala diare ini adalah satu-satunya gejala yang tampak, namun pada beberapa kasus lain dengan pneumonia, diare mulai tampak pada mingu kedua sakit bersamaan dengan timbulnya demam dan perburukan pada paru.
                     
2.1.11.3    Manifestasi Lain

1)          Sebanyak 25% pasien SARS mengalami peningkatan SGPT pada kedatangan pertama. Belum bisa dipastikan penyebab peningkatan SGPT namun diduga peningkatan SGPT  ini disebabkan karena respon tubuh terhadapa infeksi CoV SARS pada tubuh manusia, dan bukan karena infeksi spesisfik CoV pada hepar.
2)          Beberapa kasus dilaporkan gejala epilepsy dan disorientasi pada pasien SARS. Meskipun demikian tetap harus diwaspadai terhadap kemungkinan manifestasi SARS pada system saraf mengingat adanya laporan kasus yang menunujukkan adanya status epileptikus pada pasien dengan disertai penemuan CoV SARS pada CSS dengan kadar yang cukup signifikan. Menurut ( Chen dan Rumende 2006),
3)          CoV SARS ini juga dapat mengakibatkan demyelinisasi pada saraf otak. Penyakit demielinisasi merupakan sekelompok gangguan neurologis yang melibatkan destruksi fokal atau  bebercak selubung mielin susunan saraf  pusat disertai respons peradangan. Penyakit degeneratif sering bersifat herediter, dan ditandai dengan kematian neuron yang gradual dan progresif tanpa sebab yang jelas.

2.1.12     PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

1.              PADA PEMERIKSAAN FISIK :
a)              INSPEKSI,
Frekuensi dan kedalam nafas, kesimetrisan ekspansi dada, menggunakan otot – otot tambahan atau tidak, ada nya batuk atau tidak, diameter dada anteros posterior.
b)             PALPASI,
Adanya fremitus,  kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).

c)              PERKUSI
Perkusi lapang paru
d)            AUSKULTASI
Dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing), Tekanan darah seringkali rendah.
2.      PEMERIKSAAN RADIOLOGIS :
Ø  air bronchogram :
Ø  Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yangseharusnya terisi udara)
3.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ø  Gas darah arteri untuk hitung jenis darah dan kimia darah.
Ø  Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsye.
Ø  Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jamdan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

2.1.13    PENATALAKSANAAN KASUS SUSPECT SARS

1.   Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95).   Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
2.   Berikan masker bedah pada penderita.
3.   Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi perorangan ( PAPP ).
4.   Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan,riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya.
5.   Pemeriksaan fisik .
6.   Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap.
7.   Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, kurangi aktifitas, dan anjurkan menghindari menggunakan angkutan umum selama belu
8.   Pengobatan di rumah diberikan antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan bergizi.
9.   Anjurkan pada pasien apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter, atau rumah sakit.
10.  Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan   atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaankasus probable Suspek SARS yang dirawat, seperti :
11.  Isolasi
12.  Perhatikan :
a.       Keadaan umum
b.      Kesadaran
c.       Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
13.  Terapi suportif
14.  Antibiotik : b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oral ditambah makrolidgenerasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin).

2.1.14  PENATALAKSANAAN KASUS PROBABLE SARS

1.      Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.
2.      Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin fosfokinase, urea,elektrolit, C reaktif protein.
3.      Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia tipikal/atipikal lainnya;
a.       pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
b.      biakan darah, serologi
c.       urine
4.       Pemantauan darah 2 hari sekali
5.       Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6.      Pemberian pengobatan
a.       Ringan atau sedang
Antibiotik Golongan b laktam + anti b laktamase (intravena) ditambah makrolidgenerasi baru oral atau Sefalosporin G2, G3 (intravena),ditambah makrolid generasi baru oral atau Fluorokuinolon respirasi (intravena): Moxifloxacin, Levofloxacin,Gatifloxacin
b.      Berat
pasien yang tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas, diberikan sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah makrolid generasi baru oral atau fluorokuinolon respirasi (intravena).
Antibiotic untuk pasien dengan faktor resiko infeksi pseudomonas, diberikan, sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,sefipim) / karbapenem (intravena) ditambah luorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin) intravena / aminoglikosida intravena ditambah,makrolid generasi baru oral
Kortikosteroid
Hidrokortison ( intravena ) 4 mg/kg BB tiap 8 jam, tapering atau metilprednisolon (intravena) 240 ± 320 mg tiap hari
Ribavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg BB intravena tiap 8.

2.1.15  INDIKASI RAWAT

1.      enderita SARS yang di rawat inap adalah :
2.       Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+)
3.       Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
·         Sesak nafas dengan frekuensi nafas 30 kali/menit.
·         Nadi lebih 100 kali/menit.
·         Ada gangguan kesadaran
·         Kondisi umum lemah
4.      Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita
a.       2.1.15. Probable SARS  perlu diperhatikan dalam perawatan di rumah sakit
1.      terhadap SARS adalah:
5.      Ruang perawatan penderita suspect SARS harus dibedakan dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan merawat penderita SARS, petugas medis harus memakai penggunaan alat proteksi perorangan (PAPP).
a.       2.1.15.5                                 Isolasi Diri/Home Isolation

·         Penderita suspect SARS dengan  gejala klinis ringan tidak dirawat inap di rumah sakit, akan tetapi dirawat dirumah (homeisolation). Tindakan yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi dirumah adalah :
6.      Penderita harus dirumah sampai demam hilang dan selalu menggunakan masker sampai 14 hari sesudah dua hari bebas panas.
7.      Alat makan dan minumnya dipisahkan dari alat makan dan minum anggauta keluargayang lain.
8.      Penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali. Bila dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai 38oC, maka penderita harus segeradikirim ke rumah sakit.
9.      Minum obat yang diberikan sesuai petunjuk 
10.  Anggota keluarga yang merawat penderita dan tinggal serumah , harus memakaimasker.
11.  Anggota keluarga yang merawat penderita harus mencuci tangan setelah merawat penderita.
12.  Apabila ada anggota keluarga lain yang menderita demam selama penderita masihsakit sampai dengan 10 hari setelah penderita dinyatakan sembuh maka harus segeramemeriksakan diri ke rumah sakit dan selalu menggunakan masker.

2.1.16    INDIKASI KELUAR DARI RUMAH SAKIT.

a.       Tidak panas selama 48 jam 
b.      Tidak batuk 
c.       Leukosit kembali normal
d.      Trombosit kembali normal
e.       CPK kembali normal
f.       Uji fungsi hati kembali normal
g.      Sodium plasma kembali normal
h.      Perbaikan X-foto torak



2.1.17                                                  NASIHAT PADA PASIEN PENDERITA SARS YANG TELAH KELUAR DARI RUMAH SAKIT

a.       Setelah kembali dirumah dinasehatkan tetap harus Home Isolation  
b.      7 hari setelah pulang ke rumah penderita diharuskan kontrol ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks dan uji lain yang abnormal.
c.       Minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru diperbolehkan masuk kerja atau sekolah.
d.       Istirahat dirumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar, usahakan seminimal mungkin kontak dengan orang.
e.        Pantau dan catat suhu tubuh 2x/hari, jika suhu tubuh 380C atau lebih atau ada gejala saluran napas maka segera control.
f.        Kontrol kembali ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang; foto toraks, hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat abnormal.
g.      Pemeriksaan serologi diulang 3 minggu setelah sakit.
h.      Dokter yang menentukan apakah pasien sudah tidak perlu isolasi
                                                                                    

2.1.18    PENCEGAHAN

Pencegahan dari SARS diantaranya ada 19 , sebagai berikut , (Hembing wijayakusuma 2003).
1.      Mengurangi kontak dengan penderita.
2.      Hindari berkunjung ke Negara yang terkena SARS, misalnya Hong Kong, Singapura ,Tiongkok, Vietnam, Kanada.\
3.      indari tempat yang ramai dan padat, tanpa ventilasi yang cukup.
4.      Hindari ke rumah sakit bila tidak perlu, karena sebagaian infeksi terjadi dirumah
5.      Hindari tempat yang ramai dan padat tanpa ventilasi yan g cukup.
6.      Hindari ke rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian infeksi terjadi di rumah sakit.
7.       Hindari penderita dengan gejala radang paru (pneumonia) dan jaga jarak dengan orang yang bersin dan batuk.
8.      Gunakan masker bila memderita batuk atau pilek agar tidak menular ke orang lain. Penggunaan penutup muka atau face mask untuk melindungi penularan melaluisaluran pernapasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah N / R /P95 / 99 / 100 atau FFP 2 /3 / 99 / 100atau FFP 2 / 3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang bersangkutan.
9.      Cuci tangn sesering mungkin, lebih baik dengan alcohol 70% karena virus SARS sensitive terhadap alcohol.
10.  Hindari menyentuh mulut, mata, atau hidung dengan tangan yang kotor.
11.  Bila bersin atau batuk hendaknya menutup hidung dan mulut dengan tissue dan buang tissue ke tempat sampah.
12.  Meningkatkan sanitasi lingkungan dan individu
13.  Menjaga pertahanan tubuh
14.   Jaga stamina tubuh
15.  Konsumsi makanan bergizi dan seimbang.
16.  Sedapat mungkin kurangi makanan luar.
17.  Banyak tidur dan istirahat yang cukup
18.  Mensuplai vitamin
19.  Olahraga secara teratur




















2.2              TINJAUAN KEPERWATAN

2.2.1        PENGKAJIAN

2.2.1.1  Biodata
Di dalam biodata terdapat nama pasien, jenis kelamin, alamat, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnose medis, diagnose keperawatan.
2.2.1.2  Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien yang berhubungan dengan penyakitnya.
2.2.1.3  Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam pengkajian riwayat kesehatan dahulu akan membantu perawat menegakkan diagnosis keperawatan dan dokter untuk menegakkan diagnosi medikny. karena dengan mengkaji kesehatan dahulu akan mengetahui tanda dan gejala yang dirasakan pasien yang berhubungan dengan SARS.
2)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Dengan mengetahui riwayat kesehatan sekarang akan menggambarkan kondisi pasien yang sekarang dan jalannya penyakit pasien yang sekarang.
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam pengkajian riwayat kesehatan keluarga perawat akan bis mengetahui, jika ada pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan, dan tidakan yang dilakukan dalam kelurga pasien penderita SARS.
2.2.1.4  Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi :
a)      Apakah Pasien tampak sesak .
b)      Perhatikan batuk Pasien, tampak batuk tidak produktif  atau produktif.
c)      Ada Petekie atau tidak.
d)     Adanya Ekimosis pada pasien atau tidak.
e)      Adanya sianosis pada jari dan mulut klien apa tidak.
f)       Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan pada pasien atau tidak.
2)      Palpasi :
a)      Kaji Denyut nadi, ada peningkatan atau tidak.
b)      CRT > 2 detik .
c)      Kaji turgor kulit pasien, menurun atau tidak.
d)     Kaji suhu tubuh pasien, ada peningkatan suhu atau demam apa tidak.
e)      Akral dingin
3)      Perkusi :
a)      Terdengar suara timpani pada abdomen apa tidak.
b)      Terdengar suara dullness pada perkusi paru apa tidak.
4)      Auskutasi
a)      Terdengar suara ronchi di basal paru apa tidak.
b)      Adanya peningkatan bising usus apa tidak.

2.2.1.5  TTV
2.2.1.6  PEMERIKSAAN PENUNJANG

NO.
PEMERIKSAAN
HASIL YANG DITEMUKAN
KLINIS
1
Foto Thoraks
Infiltrat di paru
Pneumonia
2
CT-Scan Thoraks
Konsolidasi ruang udara yang fokal maupun multifocal
Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia(BOOP)
3
Enzim SGPT
Meningkat
Belum diketahui

NO.
PEMERIKSAAN
SPECIMEN
WAKTU PEMERIKSAAN
KETERANGAN
1.
RT-PCR
Dahak, feses, darah perifer
Minggu kedua sakit
Sensitivitas tinggi bila dilakukan pada minggu ke dua
2.
Deteksi Antigen Virus
Serum
6-10 hari sakit
Sensitivitas buruk bila dilakukan diawal penyakit
3.
Kultur Virus
Dahak, darah, feses, pada media VeroE6 ata FRhK-4
Awal penyakit
Sensitivitas semakin menurun seiring engan perjalanan penyakit
4.
Deteksi Antibody CoV SARS ( dengan teknik ELISA atau IFA)
Darah vena
Awal minggu kedua
GOLD STANDARD
5.
Tes DNA sequencing
Darah
8 jam setelah infeksi
Sensitivitas tinggi


2.2.2        DIAGNOSA


1)      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
2)      Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, bingung, khawatir .
3)      Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba panas, kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5o± 37,5oC), takikardi.
4)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan penurunan turgor  kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine berkurang,kulit kering, nadi meningkat.
5)      Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x / menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/ hari ataulebih).
6)      Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan(dehidrasi)
7)      Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan ditandai dengan nadi lemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik.
8)      Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan emboli (asam laktat) pada pembuluh darah otak ditandai dengan kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala, gelisah, kelemahan.
9)      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada rongga dada) ditandai dengan pasien  mengeluh  nyeri, skala  nyeri 3 (skala 0-10), tampak meringis.
10)  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan CO2 ditandai dengan  pasien mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi secara signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama beraktivitas.
11)  Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dispnea, RR 24x/ menit, terjadi retraksi dinding dada.
12)  Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ditandai dengan takikardia, perubahan EKG.
13)  Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.
14)  Defisit perawatan kebersihan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai ketidakmampuan dalam  mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh, membasuh tubuh.
15)  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (edema paru ) ditandai  perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan pada pola pernapasan
16)  Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia).
17)  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan 20% di bawah berat ideal, diare.
18)  PK: Infeksi

2.2. 2.1      Diagnosis Prioritas SARS


1)      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebihditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napastambahan, perubahan frekuensi napas.
2)      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
3)      PK: Infeksi.
4)      Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x / menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih).
5)      Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.

2.2.3        INTERVENSI

Diagnosis 1     : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan             :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  ..x24  jam diharapkan      bersihan jalan napas klien efektif dengan
kriteria hasil     :
a)      Pasien  mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
b)      Bunyi napas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
c)      RR dalam batas normal (16-20 x/ menit)
Intervensi mandiri       :
a.       Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan napas dan kedalaman)
Rasional : ronchi menunjukkan akumulasi sekret atau ketidak mampuan membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernapasan.
b.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif (catat karakter dan jumlah sputum)
Rasional: pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c.       Berikan posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.
Rasional: posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan . latihan napas dalam meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
d.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakean (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional: mencegah aspirasi atau obstuksi, penghisapan dilakukan jika pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
e.       Lembabkan udara atau oksigen inspitrasi
Rasional:  mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret
f.       Beri obat-obatan sesuai indikasi
Mukolitik (asetil sistein)
Brokodilator (okstrifilin)
Kortikosteroid ( prednison )
Rasional:
Mukolitik menurunkan kekentalan secret / sputum sehingga mudah untuk dikeluarkan.
Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan traeobonkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.
Diagnose 2      :Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler ( kerusakan di alveoli ) ditandai dengan sianosis, dispnea , hipoksia, terjadi pernafasan cuping hidung.
Tujuan             :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan masalah kerusakan pertukaran gas pasien teratasi , dengan
Kriteria hasil
a)      Tidak terdapat sianosis
b)      Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
c)      Pasien tidak mengalami dipsnea
d)     Pasien tidak mengalami hipoksia
Intervensi
a)      Kaji frekuensi kedalam pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara / berbincang.
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan / atau kronisnya proses penyakit.
b)      Tinggikan atas tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
Rasional: dengan posisi syok ini diharapkan menurunkan kolaps jalan napas, dipsnea, dan kerja napas.
c)      Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku ) atau sentral ( terlihat sekitar bibir atau daun telinga ). Keabu – abuan dan diagnosis sentral mengindiksi beratnya hipoksemia.
d)     Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.
Rasional: mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan / konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e)      Dorong mengeluarkan sputum,penghisapan bila ndikasikan.
Rasional: kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
f)       Palpasi fremitus.
Rasional: penurunan getaran vibrasi diduga ada penggumpalan cairan atau udara terjebak.
g)      Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional: gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung / somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.
h)      Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selam fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatan sesuai toleransi individu.
Rasional: selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan sktivitas sehari-hari arena hipoksemia dan diapnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

Diagnosis 3     : PK Infeksi
Tujuan             :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…x24 jam diharapkan perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan
Kriteria hasil :
a)      Tanda-tanda sepsis tidak ada
b)      WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)
Intervensi
a)      Pantau tanda dan gejala infeksi.
Rasional : mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk intervensi selanjutnya.
b)      Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi.
Rasional: dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat meminimalkan komplikasi infeksi.
c)      Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.
Rasional: Dengan memonitor pemberian antibiotic dapat mencebah komplikasi lebih lanjut
d)     Lakukan teknik steril.
Rasional: dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi silang.
e)      Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.
Rasional: dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat pengetahuan dasar bagaiman cara memproteksi diri.
f)       Kolaberasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Rasional : mencegah infeksi lanjut.
g)      Kolaberasi pemberian anti inflamasi sesuai indikasi.
 Rasional : mencegah inflamasi lebih lanjut.

Diagnosis 4     : Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit ), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih )
Tujuan             : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama… x 24 jam diharapkan diare pasien diatasi dengan
Kriteria hasil    :
a)      Bising usus 3 x menit.
b)      Tidak terdapat nyeri abdomen
c)      Frekuensi BAB normal ( 1-2 x/hari )
Intervensi
a)      Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.
Rasional penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian caian segera untuk memperbaiki deficit .
b)      Anjurkan keluarga untuk member minuman banyak pada pasien , 2 – 3 lt / hari . Rasional mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
c)      Diskusikan dan jelaskan rentang pembatasan diet ( makanan berserat tinggi, berlemak, dan air terlalu panas atau terlalu dingin ).
Rasional : serat tinggi, lemak, air terlalu panas atau dingin dapat merangsang, mengiritasi lambung dan saluran usus.
d)     Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal ( bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya ).
Rasional mencegah terjadinya iritasi kulit yang tidak diharapkan oleh karena kelembapan dan keasaman feses.
e)      Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.
Rasional mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
f)       Obat – obatan ( antisekresin, anti spasmolitik, anti biotic ).
Rasional anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang.
Diagnosis 5     : resiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan, penularan melalui udara dan kontak.
Tujuan             : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan penularan infeksi tidak, terjadi
Kriteria hasil :
a)      Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan di RS.
b)      Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerja sama selama perawatan.
c)      Pasien mengungkapkan perlunya di isolasi sampai tidak menularkan infeksi.
Intervensi
a)      Identifikasi penjamu yang rentan berdasar focus penkajian tentang faktor resiko dan riwayat pemajanan.
Rasional    :mengetahui apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan tindakan intervensi selanjutnya.
b)      Identifikasi cara penularan berdasarkan agen penginfeksi .
Rasionl      :mengetahui apakah penularan airbon, kontak, maupun droplet sehingga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat.
c)      Lakukan tindakan kewaspadaan isolasi yang sesuai.
Rasional    : kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik dengan airbone, kontak , maupun droplet.
d)     Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik higenis dari orang yang terinfeksi.
Rasional    :meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan, pengunjung dan lingkungan.
e)      Ikuti tindakan universal precaution.
Rasional    : sebagai protocol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi ke pasien, maupun dari pasien ke lingkunagn.
f)       Pelacakan terhadap kontak person  yang disebut kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan secret saluran nafas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS.
Rasional    :pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis . Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut bebetapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS.
g)      Ajarkan pasien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di rumah sakit dan di rumah.
Rasional    :Meningkatkan pengetahuan pasien dan kewaspadaan pasien dalam usaha bersama untuk mencegah penularan infeksi meluas.
h)      Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung dan praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar lingkungan pasien.
Rasional    : sebagai tindakan pencegahan dasar



BAB 3
PEMBAHASAN

Di Indonesia sampai dengan tanggal 11 April 2003 telah diketemukan 1 kasus probable SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Penyakit Pernafasan Gawat Mendadak, setelah sehari sebelumnya diumumkan 1 orang dilaporkan sebagai suspect case. Dengan demikian perkembangan kasus SARS di Indonesia sampai dengan 11 April 2003 adalah 1 orang suspect dan 1 orang probable.
 Probable case tersebut adalah warga negara Inggris keturunan China yang datang dari Hongkong dan Singapura sebelum ke Indonesia. Sedangkan profesinya adalah seorang businessman. Dirawat di RS Penyakit Sulianti Saroso sejak 9 April 2003.
Demikian Dr. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM dan PL) Depkes pada Jumpa Pers usai rapat Koordinasi Penanggulangan SARS yang dipimpin Dirjen PPM dan PL Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi di Depkes tanggal 11 April 2003. Dr. Sjafii menambahkan sampai saat ini pasien "Observasi SARS" yang dirawat di rumah sakit dari berbagai daerah berjumlah 10 orang. Mereka dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianto Saroso 6 orang, RSU Banyumas 1 orang, RSU Dr. Muwardi Solo 1 orang, RSU Dumai 1 orang dan RSU Mataram 1 orang.
Menurut pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilaporkan adalah kasus probable, sehingga dengan demikian Indonesia akan melaporkan kasus probable ini ke WHO. Dr. Sjafii minta kepada para wartawan untuk tidak membesar-besarkan kasus ini agar masyarakat tidak panik. Ditambahkan, 90% kasus SARS dapat disembuhkan dan hanya 3,8 % yang mengakibatkan kematian.
Setelah diketemukannya 1 kasus probable di Indonesia, maka upaya yang dilakukan Depkes tidak hanya sampai penemuan kasus dan melaporkan ke WHO saja, namun akan diikuti dengan kegiatan-kegiatan lain agar tidak terjadi penularan secara horizontal kepada masyarakat (community transmission). Sementara itu Prof. Hadiarto Mangunnegoro, Ketua Tim Pakar Penganggulangan SARS menambahkan, dari literatur yang dipelajari dari Hongkong terdapat 50 kasus yang digolongkan ke dalam probable complicated dan probable uncomplicated. Yang dimaksud probable complicated misalnya usianya 60 tahun keatas, ada diabetes, stroke dan asma. Umumnya yang meninggal adalah yang probable complicated. Sedangkan suspect di Banyumas umurnya 27 tahun tidak ada tanda-tanda penyakit lain jadi tergolong uncomplicated dan kondisinya memang membaik.
Dr. Tjandra Yoga Adhitama, Sp.P, Ketua Tim Verifikasi menyatakan kondisi suspect case maupun probale case bisa setiap waktu statusnya berubah-ubah. Bisa menjadi lebih baik atau sebaliknya. Untuk kedua kasus di Indonesia ini kondisi kesehatannya semakin baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Berita ini disiarkan oleh Bagian Humas Biro Umum dan Humas Setjen Depkes RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi telp./fax. 5223002.


BAB 4
PENUTUP


4.1  KESIMPULAN

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen &Rumende, 2006).
SARS ini pertama kali terjadi di Guandong, Cina pada tahun 2002, dan enyebar ke berbagai negaradi sekitarnya, dan menyebabkan kasus mortalitas yang tinggi.
WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru.
Tanda dan gejala dari penyakit SARS ini meliputi Demam > 380C, sesak nafas, myalgia, menggigil, rasa kaku ditubuh, batuk non produktif, nyeri kepala dan pusing, malaise.
Manifestasi dari SARS ini bermacam – macam, meliputi manifestasi pencernaan, manifestasi pernafasan, maupun manifestasi yang tidak berhubungan dengan pernafasan, seperti peningkatan SGPT & SGOT.
SARS dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu suspect SARS dan probable SARS, yang keduanya memiliki penanganan yang berbeda.
Pengakajian meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

4.2  SARAN


Diharapkan kepada seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada dalam menangani pasien atau klien yang terkena penyakitSARS. Karena SARS dapat menular melalui kontak langsung, terutama kepadatenaga kesehatan mempunyai risiko paling tinggi untuk tertular SARS.


DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2003. Pedoman Surveilans Epidemiologi penyakit SARS.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume3, EGC, Jakarta
Capernito, Linda juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC
Ceri Andriana, Khairun Nisak Sari, Bunga pasande, Endang Wahyuni,Askep SARS (2010)
Chen K ,Rumende CM. 2006. Buku ajar ilmu penyakit Dalam . FK UI : Jakarta
T .Heather Herdman. 2010. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.Jakarta : EGC,
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3. Jakarta : EGC
Wijayakusuma Hembing. 2003 . Proteksi Dini Terhadap SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome ), edisi 1. Jakarta : Pustaka Populer Obor
http://digilib.litbang.depkes.go.id (diakses : 20 oktober 2012)
http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-sars ,(diAkses : 20 oktober 2012 )